
Oleh : John Lobo*
Bulan Oktober 2018 ketika berusia 10 tahun 5 bulan, Diego Lina bergabung dan mulai belajar tentang sepak bola di SSB Sinar Kota Mojokerto. Sebagai orang tua, kami memiliki sejumlah harapan antara lain; melalui SSB semoga Diego semakin mencintai dan mengembangkan talenta sepak bola yang dimiliki, mampu membangun interaksi dengan teman, bisa bersosialisasi dan bekerja sama secara tim, dan memiliki daya juang ketika bersaing dengan sesama, dll.
Saat ini, ketika konsisten di jalur yang sama, pemaknaan terhadap manfaat dari aktivitas sepak bola berkembang juga seiring dengan usianya, yaitu sebagai media untuk mencegah kenakalan kaum remaja. Bahkan pada era disrupsi sekarang di mana inovasi dan perubahan terjadi secara masif dan sulit ditebak, penuh dengan ketidakpastian, persoalan semakin kompleks, serta arah perubahan semakin membingungkan; belajar sepak bola merupakan upaya untuk mengelola potensi diri dengan bijak sehingga anak remaja tidak mudah terjebak pada tawaran duniawi yang berpotensi menggelinding mereka ke jurang yang membahayakan.
Dewasa ini istilah โMasa Kecil yang Hilangโ banyak dikaitkan dengan sepak bola pemula mengingat olahraga tersebut fokusnya lebih pada profesionalisme dan bisnis. Dalam usaha untuk mengembangkan kemampuan, program sepak bola pemula harus berjuang melawan realita bahwa 70% anak didik yang ada di SSB memutuskan untuk berhenti pada usia 12 tahun.
Hal ini dialami juga oleh SSB Sinar Mas di mana jumlah pemain kelahiran tahun 2008 ketika Diego bergabung jumlahnya mencapai 15-20 siswa. Sementara itu yang setia pada proses pada jalur sepak bola hingga tahun 2023 hanya beberapa orang saja.
Saya menyaksikan saat orang tua mulai mendaftarkan anaknya masuk ke SSB dan akhirnya mereka ikut menjadi pelatih atau asisten pelatih. Mungkin yang muncul di benak para orang tua adalah mereka belum pernah bermain sepak bola, tidak banyak mengetahui tentang olahraga ini, bahkan tidak mengetahui apa yang yang harus dilakukan selanjutnya. Sebagian di antara mereka mungkin pernah menjadi pemain sepak bola pada tim di sekolah dan kampusnya pada masa lalu. Namun melatih sebuah tim anak-anak sama sekali di luar bayangan mereka.
Sisi lain yang tidak banyak diketahui oleh orang tua adalah ketika sepak bola dimainkan dengan cara yang sederhana, sementara mereka tidak tahu bagaimana desain konsep dari para pelatih yang tetap menjaga keseimbangan antara perkembangan anak, perkembangan sepak bola, dan kompetisi.
Orang dewasa terkadang lalai bahwa sasaran pengajaran sepak bola adalah anak-anak. Mereka juga lupa bahwa anak-anak belajar dan bertindak sebagai anak-anak. Orang dewasa dapat memainkan permainan anak-anak, sementara anak-anak tidak selalu bisa memainkan permainan orang dewasa.
Oleh karena itu butuh pendekatan yang dirancang secara efektif untuk menghasilkan kecintaan dan kesenangan terhadap sepak bola. Pendekatan yang cukup menantang daya kreativitas, pemecahan masalah, dan motivasi. Pendekatan melalui permainan atau aktivitas memang sangat menyenangkan dan penuh dinamika apalagi meng-insert permainan peran, peniruan, dan anak-anak diberi kebebasan untuk bergerak.
Salam Sepak Bola
*) Penulis adalah Sekretaris SSB/Klub Sinar Mas Kota Mojokerto dan Pengajar Pembentukan Karakter Pemain Sepak Bola di Ricky Nelson Academy.