Meninggalkan Masa Muda Demi Masa Depan

Spread the love
John Lobo (Foto: Doc. JL)

Oleh: John Lobo*

"Saya meninggalkan masa muda demi masa depan" 

Kalimat di atas merupakan sepenggal ucapan yang diutarakan oleh bintang sepak bola Indonesia asal Kampung Boua, Ngada, Flores – NTT, Marcelino Ferdinand kepada para punggawa muda Ngada agar fokus belajar dan mengembangkan talenta (sepak bola), ketika dijamu oleh Pemerintah Daerah Ngada, pada Selasa (22/05/2023) atau setahun yang lalu di Bajawa.

Marcelino sedang mengirimkan pesan, tidak saja kepada pesepakbola tetapi semua generasi muda Ngada di mana pun berada, agar mulai berpikir kritis dan berani mengorbankan kesenangan sesaat dan fokus meningkatkan kapasitas diri dengan menjaga keseimbangan antara belajar di sekolah formal dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakat yang diberikan oleh Tuhan.

Pada era disrupsi ini, inovasi dan perubahan terjadi secara masif dan sulit ditebak; penuh dengan ketidakpastian, persoalan semakin kompleks, serta arah perubahan semakin membingungkan. Oleh karena itu, kalau tidak fokus mengelola potensi diri dengan bijak, bisa saja semua akan sirna begitu saja. Tawaran duniawi yang menggelinding kita hingga ke bibir jurang sangat banyak. Baik berasal dari dalam diri maupun faktor eksternal adalah musuh yang harus ditaklukkan.

Pesepakbola muda Ngada yang memakai jersey putih orange yang berpose dengan Marcelino pada gambar di bawah ini, usianya mungkin tidak terpaut jauh dengan eks punggawa Persebaya tersebut. Mereka adalah generasi muda yang bakal mengharumkan nama Ngada dalam jagat sepak bola dunia. Namun soal karier sepakbola harus diakui sangatlah jauh berbeda. Maklum Marcelino sejak usia 8 tahun sudah disekolahkan oleh orang tuanya di Sekolah Sepak Bola (SSB). Pada usia tersebut anak mulai kenal dengan ilmu yang baik dan benar tentang sepak bola. Pada kelompok usia grassroots, mereka mulai diajarkan bagaimana bisa menyukai sepak bola. Mereka Main Belajar dan Main (MBM).

Marcelino Ferdinand bersama sebagian anggota tim PSN Ngada u-17 Piala Soeratin 2022 (Foto: Ist.)

Dalam MBM beberapa improvisasi teknik tentang sepak bola mulai diperkenalkan dan kompetisi usia grassroots juga mereka lewati. Goal dari pembinaan dan kompetisi pada usia ini bukanlah soal juara atau menjadi pemenang, tetapi melalui tangan dingin para pelatih yang profesional mereka diperkenalkan tentang iklim dan pengalaman berkompetisi yang baik dan benar pula. Rangkaian kegiatan dan kumpulan pengalaman berlatih dan berkompetisi yang positif inilah yang bisa membentuk karakter seorang pemain.

Effort pada level pembinaan maupun ketika berkompetisi tentu sangat menguras fisik anak, waktu, dan isi dompet orang tua. Namun ketika anak mendapatkan gizi yang seimbang atau makanan sehat dan berbagai dukungan material maupun motivasi, doa, dll, tentu baik proses maupun hasil tidak saling mengkhianati.

Demikian juga dengan keberadaan organisasi sepak bola dan klub yang ada di daerah (Ngada), di mana para pesepakbola tersebut berada. Hingga saat ini mungkin belum menemukan formulasi dukungan yang jitu untuk mendongkrak mereka agar bisa naik kelas ke level klub sepak bola yang lebih tinggi di tanah air. Askab Ngada dan klub memiliki andil yang signifikan dalam menentukan keberadaan (nasib) pemain. Silakan membangun komunikasi dan kolaborasi dengan klub di luar agar menjadi lahan uji coba kemampuan bermain sepakbola bagi para pemuda Ngada tersebut.

Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama yang melibatkan penggunaan keterampilan kerja tim dan effort yang ada. Silakan bertukar informasi dan ide dengan berbagai pihak yang kompeten dengan cara yang jelas dan ringkas. Manfaatkan berbagai kemudahan yang ada di era sekarang untuk menjalin komunikasi dengan pihak luar yang juga memahami tentang sepak bola.

*) Penulis adalah orang Ngada, pegiat literasi dan sepakbola. Tinggal di Mojokerto, Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *