BUDI, USKUP BUDI

Spread the love

Mgr. Paulus Budi Kleden (Foto: istimewa)

Jika Anda berharap akan menemukan puja-puji pada Budi, Mgr. Paulus Budi Kleden, Anda salah tempat. Silakan Anda pindah ke ucapan, tulisan, litani, atau sejenisnya yang lain, yang mulai dari judul sampai baris terakhir, mengglorifikasi Budi seperti pahlawan yang baru pulang dari medan perang dengan kemenangan di tangan kanan. Yang sedang Anda baca sambil dahi mulai mengerut ini hanyalah catatan tidak penting-penting amat, dari seorang yang โ€“ alhamdulillah โ€“ cukup mengenal Budi, tetapi tidak ingin mendahului Uskup Budi itu sendiri.

Masih di sini? Baik, mari lanjut.

Pertama, saya ingin berpendapat โ€“ pendapat ini boleh diabaikan. Semua ucapan, tulisan, litani, dan sejenisnya yang Anda baca sebelum ini, adalah ucapan, tulisan, litani, dan sejenisnya tentang Budi sebagai anggota keluarga, sebagai pastor Katolik, sebagai misionaris, sebagai orang nomor satu SVD sedunia yang baru menyelesaikan masa tugasnya, sebagai pembina, sebagai dosen, sebagai penulis, sebagai kritikus sastra, sebagai doktor teologi. Sebagai uskup? Budi baru saja ditahbiskan. Sebagai uskup? Budi belum bekerja. Sebagai uskup? Budi belum punya indikator untuk dinilai. Pendapat saya ini sama sekali tidak bermaksud untuk mengatakan โ€œTidak benar, semua ucapan, tulisan, litani, dan sejenisnya itu!โ€ Pendapat saya ini hanya karena di atas itu, โ€œ… tidak ingin mendahului Uskup Budi itu sendiri.โ€ Pendapat saya ini untuk mengantar Anda menuju poin berikut.

Kedua, saya menerima pertanyaan sederhana yang pada ujungnya berubah jadi menantang. Suatu malam, beberapa waktu lalu, kami makan-minum-diskusi-debat bersama di Turekisa, Bajawa. Informasi bahwa Budi terpilih menjadi Uskup Keuskupan Agung Ende sepeninggalan Alm. Mgr. Sensi โ€“ rest in love, Orang Baik โ€“ sudah tiba di lingkaran kami. Ucapan, tulisan, litani, dan sejenisnya tentang Budi pun sudah lewat di beranda media sosial kami. Pertanyaan sederhana itu muncul jua, โ€œKenapa kamu yang mengenal Budi Kleden, khususnya kamu orang-orang STFK/IFTK Ledalero, begitu mengagung-agungkan Budi Kleden? Nyaris tidak ada satu pun yang minor tentang Budi Kleden yang kami baca. Bagus, tapi kalau nantinya Budi Kleden marah ketika cincin uskupnya tidak dicium, Budi Kleden diam saja di tengah berbagai macam persoalan umat, runtuh semua puja-puji itu!โ€

Loh, Anda masih di sini, yah? Oke!

Menantang, ketiga. Sebagai warga pinggiran dalam Rumah Besar SVD dan alumnus STFK/IFTK Ledalero, saya diam sejenak. Benar juga. Budi yang akan jadi Uskup Budi itu tidak hanya menjadi uskup bagi yang mengenal Budi atau yang lulus dari IFTK/STFK Ledalero saja, tetapi juga bagi yang sama sekali tidak mengenal Budi, bagi yang sedikit terkejut ketika membaca sejumlah ucapan, tulisan, litani, dan sejenisnya tentang Budi yang isinya mewah semua, bagi yang makin ke sini makin ragu pada pola-laku pastoral para klerus kita, bagi yang kian tajam dalam mengevaluasi kinerja para pejabat dalam hierarki Gereja kita.

Keempat, sebagai yang โ€“ alhamdulillah โ€“ cukup mengenal Budi, tidak menjawab pertanyaan sederhana yang berubah menantang itu tadi sama saja siksa diri sendiri. Malam itu, saya kebetulan sedang berada bersama Teman-teman yang sebaiknya jawab, meski sedikit atau ngawur. Anda tentu paham lingkaran pertemanan model ini. Saya coba mulai dengan yang agak diplomatis. Pertama dari keempat, โ€œKamu jangan terlalu percaya. Saya juga tidak terlalu percaya ketika baca ucapan, tulisan, litani, dan sejenisnya tentang Budi itu. Mereka memaksudkan itu semua untuk Budi yang uskup, padahal Budi belum resmi jadi uskup. Jadi, terhadap keraguan kamu pada Budi ketika jadi uskup, saya juga ragu!โ€ Kedua dari keempat, saya mulai optimis, โ€œNah, kalau Budi sebagai pastor SVD, dosen, dan doktor teologi; semua ucapan, tulisan, litani, dan sejenisnya tentang Budi itu benar. Dari semua orang yang saya kenal, Budi adalah satu-satunya orang yang beberapa hal tentangnya, hampir pasti objektif. Budi cerdas? Memang Budi cerdas! Budi rendah hati? Jelas! Budi sederhana? Tentu! Budi penuh kasih persaudaraan? Yes! Jangan coba Budi berkaitan dengan perkara menghafal nama orang. Jangan coba itu, agak geser sedikit ke Kitab Suci, sangat gembala yang mengenal domba-dombanya sekali!โ€ Ketiga dari keempat, terakhir, โ€œSaya sendiri pun menanti bagaimana Budi sebagai Uskup Budi nantinya. Kita punya banyak pengalaman sehubungan dengan para klerus yang di awal atau yang ketika mendapat jabatan tertentu, diglorifikasi, tetapi berakhir buruk. Dan sebagai pembuka, saya hanya mau pastikan satu hal. Minimal Budi pasti akan dengar semua kamu punya keresahan ketika kamu nanti punya waktu bertemu langsung Uskup Budi. Sebelum apa-apa revolusi, apa-apa revolusi, kamu ini pertama-tama tentu mau didengarkan. Kita tunggu beliau di Bajawa!โ€

Hmmm……

Saya kira cukup. Kelima, penutup, ini sangat pribadi, yang meski diungkapkan sekali pun, tidak mampu membatalkan Budi sebagai Uskup Budi. Sejujurnya, berita tentang terpilihnya Budi sebagai Uskup Keuskupan Agung Ende bukan berita yang menyenangkan. Selain Budi tidak masuk dalam prediksi saya โ€“ mungkin Anda juga โ€“ Budi adalah sebaik-baiknya Budi sebagai misionaris-dosen. Sebelumnya, saya dapat sedikit informasi, Budi tidak ingin maju lagi menjadi orang nomor satu SVD sedunia untuk periode berikutnya. Budi ingin jadi misionaris biasa di Rusia atau Afrika. Atau Budi ingin kembali ke IFTK Ledalero, menjadi dosen yang dalam beberapa tahun terakhir ini hanya beredar sebagai cerita seorang legenda hidup. Budi akan kembali rutin menulis, bersastra, memberi pandangan politik, berteologi, berkawan dengan mahasiswi/a, dan berpastoral seperti Budi yang dulu. Untuk dua hal ini, saya punya alasan. Kita telah, sedang, dan mungkin akan menyaksikan drama kerakusan akan jabatan dan ketidakmasukakalan jabatan akademik, di negeri ini. Dan karena itu, lewat Budi, barangkali kita akan sedikit terhibur. Budi yang tidak gila jabatan dan Budi yang sebenar-benarnya akademisi.

Eh, maaf, saya malah lupa pada di atas itu tadi, โ€œ… tidak ingin mendahului Uskup Budi itu sendiri.โ€ 22 Agustus 2025, tahun depan, kita evaluasi Uskup Budi. Jangan-jangan, Budi memang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya uskup yang kita butuh.

Proficiat. Mgr. Paulus Budi Kleden (tanpa embel-embel SVD). Terima kasih kepada Anda semua yang sudah sangat mencintai Uskup Budi. Memang, oleh berbagai alasan, Uskup Budi layak dicintai. Selamat bertugas, Yang Mulia, kami tunggu di Bajawa.

Salam dan doa!

*) Reinard L. Meo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *