Saatnya Berdamai: Meninggalkan Jejak Indah untuk Ngada

Spread the love

Oleh: Gregorius Upi Dheo*

Waktu terus berjalan, dan setiap kepemimpinan memiliki akhirnya. Dalam hitungan hari, Bupati Andreas Paru akan mengakhiri masa jabatannya pada 6 Februari 2025. Seiring dengan itu, Kabupaten Ngada akan memasuki babak baru dengan hadirnya Bupati Raymundus Bena dan Wakil Bupati Berny Dhey Ngebu sebagai pemimpin yang akan membawa arah pemerintahan selanjutnya. Peralihan ini bukan hanya soal pergantian pemimpin, tetapi juga momentum untuk kita semua — masyarakat Ngada, pemimpin lama, dan pemimpin baru — untuk menciptakan warisan indah bagi generasi mendatang.

Momentum Peralihan untuk Rekonsiliasi

Akhir masa jabatan adalah saat yang tepat untuk merefleksikan perjalanan bersama. Setiap langkah yang diambil selama kepemimpinan tentu tidak luput dari kritik, namun itu adalah bagian dari proses demokrasi yang sehat. Sebaliknya, momen ini juga adalah waktu yang tepat untuk meninggalkan kesan yang baik, baik bagi Bupati Andreas Paru maupun masyarakat Ngada.

Jika ada perbedaan, jika ada kritik yang menyakitkan, saat ini adalah waktu terbaik untuk saling membuka hati, memaafkan, dan melangkah bersama ke masa depan yang lebih damai. Sebab, warisan terbesar yang bisa ditinggalkan oleh seorang pemimpin bukan hanya pembangunan fisik, tetapi juga rasa aman, damai, dan harmonis di tengah masyarakatnya.

Bupati Andreas Paru: Meninggalkan Jejak Kebesaran Hati

Sebagai pemimpin, Bupati Andreas memiliki peluang emas untuk meninggalkan jejak kebesaran hati di akhir masa kepemimpinannya. Memilih untuk membuka ruang dialog dengan masyarakat, khususnya dengan Saudara Lothar Mateus Geu yang menjadi bagian dari kritik publik, adalah langkah yang tidak hanya menunjukkan kedewasaan politik tetapi juga keberanian untuk memaafkan.

Sebuah pernyataan yang menyejukkan dari Bupati di akhir masa jabatannya, yang mengedepankan perdamaian dan rekonsiliasi, akan menjadi warisan moral yang sangat dihargai oleh masyarakat Ngada. Ini adalah cara untuk mengatakan bahwa demokrasi tidak harus berakhir dengan permusuhan, tetapi bisa membawa kita pada pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya kebersamaan.

Pentingnya Rekonsiliasi untuk Ngada

Ngada sedang bersiap melangkah ke era baru di bawah kepemimpinan Bupati Raymundus. Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan transisi ini berjalan dalam suasana yang damai. Konflik yang berlarut-larut hanya akan meninggalkan luka sosial yang menghambat pembangunan. Sebaliknya, rekonsiliasi dan saling memaafkan akan menjadi pondasi kuat untuk membangun masa depan Ngada yang lebih baik.

Mari kita gunakan falsafah hidup masyarakat Ngada, yang mengajarkan bahwa setiap konflik dapat diselesaikan melalui musyawarah dan pembicaraan. Rumah Adat kita adalah simbol dari kebersamaan, tempat di mana segala permasalahan dapat diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang lapang.

Pesan untuk Para Pemimpin dan Masyarakat

Kepada Bupati Andreas Paru, ini adalah kesempatan untuk mengukir kesan yang mendalam bagi masyarakat Ngada. Dengan membuka ruang maaf dan dialog, Anda tidak hanya meninggalkan jejak sebagai pemimpin yang tegas, tetapi juga pemimpin yang manusiawi dan penuh kebijaksanaan.

Kepada Bupati Raymundus, kami berharap kepemimpinan Anda dimulai dengan langkah yang penuh kedamaian, melanjutkan rekonsiliasi ini sebagai pondasi yang kuat untuk membawa Ngada ke arah yang lebih baik.

Kepada masyarakat Ngada, mari kita sambut babak baru ini dengan semangat kebersamaan. Tinggalkan dendam, sudutkan amarah, dan jadikan rekonsiliasi sebagai hadiah kita untuk tanah yang kita cintai ini.

Membangun Ngada dengan Cinta dan Harmoni

Setiap peralihan kepemimpinan adalah lembaran baru. Namun, apa yang tertulis di lembaran itu sangat bergantung pada bagaimana kita semua memilih untuk melangkah. Jika kita melangkah dengan cinta, kebesaran hati, dan niat untuk membangun, maka Ngada akan menjadi contoh bagaimana demokrasi dan budaya saling mendukung, bukan saling menjatuhkan.

Mari kita jadikan momen ini sebagai awal baru. Awal di mana Ngada menjadi rumah bagi semua, tempat di mana perdamaian menjadi prioritas, dan kebersamaan menjadi kekuatan. Karena pada akhirnya, warisan terindah yang bisa kita tinggalkan bukanlah bangunan atau jalan, tetapi masyarakat yang hidup dalam damai dan saling menghormati.

Bupati Andreas, Saudara Lothar, dan kita semua memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa Ngada adalah tempat di mana perbedaan adalah kekuatan, dan perdamaian adalah tujuan utama. Saatnya kita berdamai, melangkah bersama, dan meninggalkan warisan indah untuk generasi mendatang.

Salam~

*) Penulis adalah orang muda Ngada, praktisi dan pemerhati masalah hukum. Saat ini berdomisili di Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *