
Oleh: Evan Lahur*
Selamat bertemu kembali para pembaca sekalian. Tidak terasa, dua minggu berlalu Missio Cup 2024. Setelah tahun lalu Liga Pelajar Kabupaten Manggarai tingkat SMA/SMK tidak dihelat, kehadiran Missio Cup 2024 memberi jalan asa bagi para pemain muda Manggarai untuk menunjukkan tajinya. Namun di tulisan yang sedang Anda baca ini, bukan Liga Pelajar yang mau saya ulas, tapi satu peserta Missio Cup 2024 yakni SMAK Regina Pacis Bajawa atau sering kita katakan Recis.
Kalau Anda sekalian yang tidak pernah mengikuti perkembangan sepak bola tingkat lokal NTT, pasti bingung. Kenapa sampe ada SMAK Regina Pacis Bajawa, di kota Ruteng? Lepas dari panitia membuka ruang bagi peserta dari luar Manggarai untuk berpartisipasi, kita perlu memberi perhatian lebih pada sekolah ini.
Bagi saya, sekolah ini “betul-betul gila”, asli kaka. Satu alasan mengapa saya katakan “gila”, karena mereka mau berpartisipasi di luar kandang. Jauh lagi, yakni ke kota Ruteng. Mereka harus melewati kabupaten Manggarai Timur. Bahkan hingga tulisan ini saya tulis, tim Recis tidak pernah pulang ke Bajawa, tapi tetap tinggal di Langgo.

Satu alasan ini kemudian mengiringi saya pada dua pertanyaan berikut. Pertama, bagaimana sekali Recis kelola keuangan sekolah e, sampai bisa ikut pertandingan di luar Bajawa? Bukan hanya turnamen sepak bola Missio Cup saja yang Recis ikuti di luar Bajawa. Kaka dong bisa cek di YouTube seberapa rutin Recis mengikuti turnamen basket tingkat Provinsi di Kupang. Kedua, mengapa Recis mau main di Ruteng? Lepas dari kelas III sudah selesai ujian, Paskah sudah selesai, mengapa mereka mau jauh-jauh ke Ruteng?
Dua pertanyaan ini pun akhirnya saya temukan jawabannya setelah pekan lalu, saya sempat berkunjung ke Langgo. Maksud hati ingin melihat dari dekat tim Recis ini, malah dapat kesempatan berharga berdiskusi dengan coach Andri Nanga, pelatih Recis. Eh iya, coach Andri juga pelatih tim PSN Ngada U-17 yang menjuarai Liga Pelajar Piala Soeratin NTT 2023 yang lalu di Bajawa. Kami berdiskusi cukup lama di depan rumah bapak Stef Selamat, pemilik rumah penginapan tim Recis.
Dari diskusi bersama coach Andri, saya hanya mendapati jawaban dari pertanyaan terkait mengapa mau bermain di Ruteng. Terkait mau bermain di luar kandang, coach Andri katakan memang ini sesuai dengan semangat sekolah Recis yang memberi perhatian lebih pada keterampilan para siswa. Bahkan setiap anak setidaknya diarahkan untuk aktif berpartisipasi di satu kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Memang benar, saat saya menghubungi coach Eman Loke, salah satu guru dan pelatih sepak bola tim Recis, coach Eman sedang mendampingi siswa yang mengikuti lomba renang O2SN tingkat kabupaten Ngada dan juga beliau sebagai koordinator atletik. Nah itu to. Keikutsertaan tim volley Recis di Missio Cup kali ini dan keikutsertaan tim basket Recis di Honda DBL setiap tahun, saya pikir, sudah menegaskan kalau sekolah ini memberi perhatian lebih pada kegiatan ekstrakurikuler.

Eh iya, coach Andi juga sempat bercerita kalau tim Recis yang berpartisipasi saat ini punya prospek jangka panjang, yakni menjadi cikal bakal tim Recis yang akan berlaga di Liga Pelajar Kabupaten Ngada tahun ini. Bisa dibilang, habis Kevin Bay terbitlah pemain muda lainnya. Begitu iw. Itu sudah. Saya dan Anda sekalian harus angkat topi untuk barang satu ini. Target Recis jelas. Bermain di kabupaten Manggarai sudah cukup untuk mengasah mental juara. Apalagi bermain di tanah Manggarai yang katanya, selalu menjadi duri bagi PSN Ngada. Beriringan dengan mental yang diasah, skil pemain dan kerja sama tim pun bisa diasah lebih tajam lagi. Gila iw. Itu sudah.
Eh iya, dari kunjungan saya ke tempat penginapan Recis, saya juga menemukan dua inspirasi. Kesatu perihal penggunaan handphone. Saya melihat langsung, para pemain Recis tidak diperbolehkan memegang handphone selama turnamen. Bangun pagi hingga tidur malam, para pemain tidak pegang handphone. Kita bisa menebak, para pemain bisa lebih fokus pada pertandingan dan membangun chemistry antar mereka. Keren sekali ini. Di tengah penjajahan handphone terhadap kita-kita ini, anak Recis bisa melawannya.
Kedua, tim Recis betul-betul professional. Ke Ruteng, tim Recis membawa skuad yang berkualitas. Salah satunya Yohanes To’i, pemain yang dikontrak tim Borneo FC U-18 di ajang Elite Pro Academy U-18. Malah Yohanes To’I ikut ambil bagian mengantar Borneo FC U-18 berada di peringkat kedua. Lebih dari pada itu, para pemain yang berlaga di Missio Cup adalah pemain yang dipersiapkan untuk berlaga di Liga Pelajar Kabupaten Ngada 2024 nanti. Hal ini saya dengar dari coach Andri. Mereka tidak sekadar berlaga kalah menang di Missio Cup, target mereka tentu jangka pendek dan panjang. Jangka panjangnya yah bisa mengekspor pemain ke timnas.
Ketiga, selain tim sepak bola, tim volley Recis pun memberi pelajaran kepada para pemain muda volley Manggarai tentang cara bermain volley yang baik dan benar. Di Missio Cup kali ini, tim Recis tidak pernah kalah. Satu tiket di final sudah dikantongi oleh tim Recis. Menariknya, saat tim Recis bermain, penonton memadati lapangan pertandingan. Semua mata tertuju pada permainan Recis. Lebih lanjut juga dari informasi yang saya dapatkan, sebagian pemain Recis yang tampil di Missio Cup juga tampil di turnamen volley di Aimere, Ngada. Benar-benar nyata kehadiran tim volley Recis kali ini.
Keempat, kita perlu melihat sisi lain dari kehadiran Recis. Sisi lain ini bisa berangkat dari pertanyaan, bagaimana sekali cara Recis kelola uang sekolah e. Pertanyaan ini bisa kita tujukan ke kepala sekolah Recis dan yayasan. Ini yang paling penting karena saya yakin anggaran untuk berpartisipasi di Missio Cup tidak ada di anggaran BOS tahun ini.

Benar kata orang-orang, kalau mau berprestasi, harus ada yang dikorbankan. Recis sudah berkorban untuk dua hal, yakni anggaran dan waktu. Toh sejauh ini Recis sudah bisa memetik hasilnya. Prestasi demi prestasi mereka dapati. Kalau di bidang sepak bola, Kevin Bay sudah lolos ke timnas U-20. Yah itu sudah. Kita mau heran, tapi ini Recis.
Demikian dulu saya punya tulisan e. Kita ketemu lagi di tulisan berikutnya. Terima kasih banyak. Salam hangat dari Ruteng.
*) Penulis adalah anak muda Manggarai dan Ultras Ngada Regional Ruteng.