
Oleh: Arizh Ma’u Tuba*
(Puisi untuk Gunung Lewotobi)
Di ujung timur langit,
Lewotobi terjaga,
Rembulan meredup,
Awan kelam menyelimuti bumi.
Bumi bergetar,
Lahar merah mengalir deras,
Seakan menangis dari dalam dada,
Menghantarkan pesan dari jauh,
Tentang kekuatan yang terpendam.
Api membara, menyulam cahaya,
Di antara desiran angin dan kabut,
Dedaunan bergoyang ketakutan,
Sungai mengalir bukan air,
Tapi lara yang tak terungkap.
Lewotobi,
Kau bukan hanya api dan debu,
Kau adalah saksi kehidupan,
Kau adalah darah tanah yang mengalir,
Kau adalah janji untuk terus hidup,
Meski nestapa yang kau bawa, memaksa kami mengelus dada, meneteskan air mata.
Lekas tenang lelaki tampan Flores Timur
Lelaki yang penuh cerita,
Kami menunggu, dan mendengarkan bisikmu, dalam hening yang kembali datang.
*) Pendidik di SMPS Seminari St. Yohanes Berchmans Mataloko.
Terima kasih Horizon Dipantara yang selalu selalu setia menjadi wadah inspirasi