Kebebasan itu Terbatas

Spread the love
Sebuah Refleksi!

Oleh: Marselus Natar*

Allah adalah pencipta alam semesta beserta isinya, termasuk manusia. Manusia sebagai bagian darinya, memiliki tugas untuk merenunginya. Kehadiran manusia di dunia adalah anugerah dari Sang Pencipta. Inilah mengapa manusia harus bersyukur atas keindahan alam sebagai ciptaan Ilahi. Merenungi dan memperhatikan keindahan alam menghadirkan ketenangan batin. Hal ini mengingatkan manusia akan keagungan serta kebesaran Sang Pencipta. Dalam kesibukan dunia, merenungi keindahan alam membawa kedamaian dan kebahagiaan.

Mengapresiasi keindahan alam juga menguatkan hubungan spiritual dengan Allah. Di dalam membangun hubungan spiritual dengan Allah, keindahan alam menjadi salah satu jawaban yang konkret, selain melalui jalan keagamaan, melalui perayaan keagamaan (ibadah), doa, meditasi, kontemplasi, rekoleksi dan retret. Sebagai rohaniwan Katolik, saya dan beberapa rekan rohaniwan lainnya tengah mengikuti kegiatan Kursus Persiapan Profesi Kekal (kursus kaul kekal) yang bertempat di Roncalli, Salatiga, Jawa Tengah.

Roncalli sendiri merupakan rumah Khalwat (tempat pengasingan diri, untuk menenangkan pikiran, mencari ketenangan batin) milik biara Fratrum Immaculatae Conceptionis (FIC), sebuah Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tak Bernoda. Di tempat ini, saya dan beberapa rekan rohaniwan ditempa, dibina dan berproses melalui ragam kegiatan kerohanian dan pembentukan kepribadian. Adapun tujuan kegiatan ini adalah membentuk rohaniwan menjadi pribadi yang dewasa secara mental/psikis dan secara rohani.

Secara geografis, Rumah Khalwat Roncalli terletak di kota Salatiga, Jawa Tengah, namun kondisi dan situasi tempat ini justru tidak menggambarkan situasi atau kondisi kota yang identik dengan keramaian. Kendati berada di pusat kota, tempat ini justru menampilkan situasi yang berbeda, akrab dengan kesunyian, ketenangan, kedamaian dan kenyamanan. Pengunjung benar-benar terhipnotis dengan keadaan alam yang indah, pohon-pohon besar tumbuh bebas, udara yang sejuk, suara burung-burung yang merdu, menuntun hati dan pikiran pada kedamaian dan ketenangan. Kondisi demikian, menuntun mata hati dan pikiran terarah pada sang pelukis Maha Agung itu, yang tak lain dan tak bukan, adalah Allah sendiri.

Selain dari pada itu, keterlibatan para bruder FIC dalam merawat dan menjaga kelestarian alam sekitar biara patut diapresiasi. Sebagai Probanis, saya acap kali memanfaatkan keindahan alam sekitar biara untuk merenungi perjalanan hidup membiara, tanpa mesti mengurung diri di dalam kamar sebagaimana lazimnya. Dengan menghirup udara segar, mendengar kicauan burung, memandang keindahan rimbun pepohonan, membantu saya untuk melihat kembali seluruh perjalanan hidup membiara, menelusuri kedalaman batin dan pikiran, mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang begitu indah. Sebagai misal, merenungkan dan mengkontemplasikan tentang Firdaus atau Eden, bahwa letak kebahagiaan terdalam manusia tidak pernah terlepas dari keputusan-keputusan.

Eden yang menggambarkan tentang keindahan dan keterpenuhan akan kebutuhan hidup, menawarkan kepada manusia (Adam dan Hawa) untuk dengan kehendak bebas memilih. Di dalam menentukan pilihan, manusia acap kali tanpa didasari pertimbangan-pertimbangan. Manusia seringkali menggunakan tolak ukur keinginan (bukan kebutuhan) di dalam menentukan pilihan. Keinginan erat kaitannya dengan hasrat (yang begitu kuat) untuk memiliki sesuatu.

Jika tolak ukur keinginan yang diutamakan, maka pintu keserakahan, kerakusan, dan ketamakan, terbuka lebar. Nilai-nilai kesederhanaan, cinta kasih, kepedulian, kepekaan terhadap sesama, bela rasa, kepedulian terhadap lingkungan dan makhluk hidup sekitar (ekologis) pun semakin terkikis. Allah yang memberikan kebebasan kepada manusia (Adam dan Hawa) untuk memanfaatkan atau menggunakan segala sesuatu di Eden dengan pohon Ara sebagai pengecualian.

Pohon Ara sebagai pengecualian barangkali hendak menandaskan ihwal kebebasan yang bertanggung jawab, bahwa kebebasan itu terbatas, dibutuhkan pengendalian diri, hidup dalam kecukupan, dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan sebelum mengambil keputusan, agar tidak terjebak dalam rasa penyesalan di kemudian hari.

Tawaran atau godaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, namun sekali lagi, manusia diberikan kebebasan yang bertanggung jawab untuk menentukan pilihan dengan dilandasi tolak ukur kebutuhan. Keindahan alam Roncalli yang identik dengan Eden itu, merupakan gambaran kebebasan yang bertanggung jawab para bruder FIC dalam merawat dan menjaga kelestarian dan keindahan alam sekitar.

Roncalli telah mengetuk pintu hati dan pikiran saya tentang pentingnya merawat alam, membuka mata hati dan pikiran saya untuk merenungi perjalanan hidup membiara, mengantar saya untuk memaknai Eden dari perspektif reflektif, merenungi tentang ‘pohon Ara’; bahwa kebebasan itu terbatas, bahwa pilihan atau keputusan dalam hidup harus dilandasi pertimbangan, bahwa kebutuhan adalah tolak ukur di dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

*) Penulis adalah seorang rohaniwan Katolik. Beberapa cerpennya pernah dipublikasikan di surat kabar Harian Pos Kupang, Warta Flobamora, dan Majalah OIKOS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *