
πππππππ‘ππ:
πππππππ π ππππππ πΎππ‘ππππ, π ππ¦π π πππππ‘ ππππ¦π’πππ πππ πβ-πππ πβ πππππ πΎππ‘ππ ππ’ππ, π¦πππ ππππ’ππ’π‘ βππππ‘ π ππ¦π πππππ‘ πππ‘πππ πππππ π πππππ πππππππ πππβ πππ πππ-πππ πππ πππππππ. πππ¦π π ππππππ πππππππ ππππππ πππππ π ππ‘π’ ππ’π πππ πβ πππππ πΎππ‘ππ ππ’ππ π‘πππ πππ’π‘ ππππππ ππππππππππππ¦π π ππππππ ππ’ππ π. π΅πππππ’π‘ πππ πππππβ π‘πππ ππ’πβ ππ’ππ π βππ ππ ππππ π‘πππ ππππ π ππ¦π ππππ ππππππππ πππ πβ πππππ πΎππ‘ππ ππ’ππ.
CERITA DENGAN RIMA KIT(A)
Bergegas sajalah kita dan seisi jiwa
Pergi ke sana dan meneriaki siapa saja
Waktu kita tak sebanyak yang terkira
Hanya menunggu bila mana waktunya tiba
Dan kita akan menuju ke tempat abadinya
Karena cerita kita telah selesai dibuat oleh Pencipta.
Hanya saja kita tak pernah membacanya.
Tugas kita hanya memerankan bagian-bagian kita.
Selebihnya dia yang berkuasa.
Dan kisah ini sampai di sini saja.
Ketika menua adalah bagian yang tak bisa lepas dari kita.
Terlebih saat anak kita
Mati di salibnya.
Jika ingin yang lebih dari yang ada,
Tanyakan saat bersujud doa.
Malaka, 11 Desember 2021
KEPADA DIA
Lutut bertaut dengan lantai.
Lama bermohon pasrah kepada dia.
Kepadanya lebih sering
Segala keluh patah lara kuhaturkan.
Kepadanya seharusnya
Segala gelak tawa ria kudendangkan.
Semoga hanya aku.
Kalian tak perlu sepertiku.
Dosa-dosa itu sudah dicatat rapi.
Tinggal menanti apakah selama aku masih diberi nafas hidup ini menebusnya.
Ataukah setelah di penghakiman terakhir baru kulunasi semuanya.
Seharusnya kepada dia segalanya kuserahkan.
Malaka, Desember 2021
SEPATAH DUA KATA
Sepatah-patahnya hatimu
Tak ada yang lebih getir dari lara bunda
Yang ditingggal kekasihnya,
Saat anak-anaknya belum melepas mulut dari payudaranya.
Tetapi segetir-getir lara bunda,
Cinta kepada buah hati mampu
Membuat kakinya kokoh berdiri
Bahunya kuat menanggung.
Walau ayah tak meninggalkan wasiat.
Hanya sepatah dua kata,
Bahwa ia ingin berbaring dan beristirahat selamanya.
Malaka, 16 Desember 2021
*) Putra Niron, pria kelahiran Dili 1991 ini jatuh cinta pada tulisan Sapardi Djoko Damono dan Joko Pinurbo. Telah menerbitkan tiga kumpulan puisi, Penyair bukan Kami; Kami dan Perjamuan Terakhir; dan Mata Cermin. Alumni STFK Ledalero ini tengah mempersiapkan kumpulan puisi yang bertemakan kebudayaan, secara khusus di kampung tempat dia dibesarkan. Selain menulis, Putra juga aktif juga di komunitas literasi lokal di kampungnya. Beberapa karya puisinya pernah di muat di media online.