Erasmus, Regus dan Maksimus (Profisiat Atas Tahbisan Mgr. Maks Regus)

Spread the love
Penulis bersama Mgr. Maximus Regus (Foto: Doc. SWI)

Oleh: Stefanus Wolo Itu*

Erasmus

Tanggal 21 dan 23 Juni 2024 lalu, saya menulis kisah persahabatan dan persaudaraan dengan Mgr. Maks Regus. Mgr. Maks adalah Uskup pertama Keuskupan Labuan Bajo, Flores, NTT. Beliau ditahbiskan pada 1 November 2024, bertepatan dengan Hari Raya Semua Orang Kudus.

Mgr. Maks pernah mengenyam pendidikan di Belanda. Beliau menimba ilmu di dua sekolah dan kota yang berbeda, yakni Universitas Erasmus Rotterdam dan Universitas Katolik Tilburg. Tokoh ekonomi Indonesia asal Lekebai Maumere Flores, Frans Seda adalah alumnus Tilburg. Tilburg terkenal selain karena Universitas Katoliknya, juga karena perusahaan besar seperti Fuji, Goodyear, Bjorn Borg dan Interpolis.

Sedangkan Rotterdam merupakan kota pelabuhan internasional, pusat bisnis dan logistik terbesar di Eropa. Rotterdam sering disebut sebagai “Gerbang Ke Eropa” dan bagi Eropa disebut “Gerbang Ke Dunia”. Sungai Rhein yang melintasi wilayah utara paroki saya bermuara di Rotterdam. Wilayah paroki dan kampung-kampung kami kecil. Toh kami menjadi bagian penting yang mengalirkan air menuju Gerbang Eropa dan Dunia itu.

Umat paroki kami bisa berlibur dengan kapal mewah dari Basel ke Rotterdam. Jarak Basel-Amsterdam ‘pulang-pergi’ sekitar 1748 km dan ditempuh dalam delapan hari. Sepanjang perjalanan kita berhenti di sejumlah kota, menikmati keindahan kota, alam sekitarnya dan kulinernya.

Tentang Universitas Erasmus Rotterdam. Nama Erasmus diambil dari Desiderius Erasmus Roterodamus. Erasmus lahir di Rotterdam tanggal 28 Oktober 1466. Ia meninggal mendadak di Basel Swiss pada 12 Juli 1536. Dia dikuburkan di Basel Munster, Katedral tua di tepi sungai Rhein, kota Basel. Saya sering ke Munster Basel dan mengunjungi makam Erasmus.

Erasmus adalah teolog, pengajar, kritikus sosial, imam katolik yang pintar dan banyak membaca buku. Salah satu semboyan terkenalnya: “Ketika aku punya sedikit uang, aku membeli buku-buku. Jika ada sisanya, aku membeli makanan dan pakaian.” Ia sangat berminat pada filsafat Kristen, humanisme dan renaisans. Renaisans adalah perodisasi dari abad ke-14 sampai abad ke-17 Masehi dalam sejarah Eropa.

Landasan intelektual dari renaisans adalah paham humanisme yang digali dari konsep humanitas Romawi dan ajaran filsafat Yunani klasik. Di kalangan kaum humanis, Erasmus dijuluki “Pangeran Para Humanis” dan disebut “Mahkota Kemuliaan Para Humanis Kristen”.

Erasmus hidup pada masa-masa awal reformasi. Dia bersikap kritis terhadap pelanggaran-pelanggaran di dalam gereja Katolik dan menyerukan reformasi. Dia menjaga jarak dengan Martin Luther serta tetap mengakui otoritas Sri Paus. Ia menekankan rasa hormat mendalam pada rahmat, kesalehan dan iman sesuai tradisi.

Ia tetap menjadi anggota gereja Katolik Roma sepanjang hidupnya. Bagi Erasmus, gereja Katolik perlu dikritik. Kritik membantu upaya untuk mereformasi atau membaharui diri. Tapi gereja Katolik tidak harus ditinggalkan.

Universitas Erasmus Rotterdam dan Universitas Tilburg memiliki program studi unggulan. Tapi hemat saya, ada program yang mirip yaitu ilmu sosial dan humaniora. Melalui ilmu sosial, para alumni berpeluang membangun jaringan global. Lingkungan belajar mereka kaya akan perspektif global. Hal ini akan sangat mendukung pertukaran ide dan kolaborasi internasional.

Selain ilmu sosial, program humaniora juga sangat kuat di sana. Dalam bahasa Latin, humaniora disebut Artes Liberales yaitu studi tentang kemanusiaan. Sedangkan dalam pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut sebagai Trivium yaitu logika, rhetorika dan gramatika. Studi humaniora bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup studi agama, filsafat, seni, sejarah dan ilmu bahasa-bahasa.

Saya pribadi sangat mengagumi kemampuan intelektual Mgr. Maks. Ia memiliki pengatahuan yang luas tentang ilmu-ilmu sosial. Dan tidak lupa ia menimba kebajikan dari ilmu-ilmu humaniora dari Erasmus.

Regus

Bulan November 2013, saya sempat ke Amsterdam. Pada salah satu gedung tertulis: Regus. Saat itu Mgr. Maks sedang studi di Rotterdam dan Tilburg. Saya cukup kaget. Dalam hati saya bilang begini: “Ole ase Maks hebat eee. Baru dua tiga tahun di Belanda. Namanya tidak hanya tertulis di Jurnal-jurnal internasional. Tapi juga di bangunan-bangunan.”

Kami bertemu di rumah saudari Agustina yang berasal dari Rakalaba-Mangulewa, Ngada dan suaminya Hans Bakker (Hans ikut tahbisan Mgr. Maks di Labuan Bajo. Mgr. Maks juga akrab dengan Hans dan Agustina, juga menyapa Hans dengan sebutan Eja-Ka’e). Saya guyon, “Sejak kapan eee ase tulis nama Regus pada salah satu gedung di Amsterdam itu?” Mgr. Maks tertawa terbahak-terbahak dan menjawab singkat, “Tau to Eja-Kae, kita lengkung dan lenting.”

Tanggal 13 Agustus lalu, saya berangkat ke Indonesia melalui bandara internasional Zรผrich, Swiss. Di sana ada Radisson Blu Hotel. Pada lantai 10 hotel itu tertulis: Regus Business Center (Pusat Bisnis Regus). Saya tersenyum sendiri. Saya langsung ingat Mgr. Maks yang saat itu sudah ditunjuk Paus Fransiskus menjadi Uskup Keuskupan Labuan Bajo. Saya bergumam sendiri, “Hebat eee Uskup Labuan Bajo ini rupanya memperluas jaringan bisnis sampai di sini. Tunggu di Ruteng saya mesti tanya he he.”

Jujur, saya penasaran dengan tulisan Regus. Saya kemudian melacak di Google. Ternyata Regus adalah nama sebuah perusahaan. Perusahaan ini didirikan di Brรผssel Belgia pada tahun 1989 oleh Mark Dixon. Regus menyediakan tempat yang baik, inspiratif yang menjawabi kebutuhan individu dan kaum profesional. Di sana kita bisa jadikan kantor, ruang rapat, kantor virtual, ruang pelatihan dan dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap.

Perusahaan Regus sudah hadir di pelbagai belahan dunia termasuk Jakarta. Bukan tidak mungkin kantor ini akan hadir di pusat kota, ibu kota kabupaten sekaligus Keuskupan Labuan Bajo. Perusahaan yang saat ini berpusat di kota Zug, Swiss, bisa saja menjadi mitra dan jembatan jaringan komunikasi dengan Mgr. Maks dan umat keuskupan Labuan Bajo.

Saya kira Regus yang merupakan nama asli Mgr. Maks dan nama perusahaan global tidak hadir begitu saja. Saya mengikuti peluncuran buku kenangan tahbisan Mgr. Maks “Menjaga Gerbang Harapan, Merawat Kemanusiaan” secara online. Satu pesan yang saya tangkap adalah perlunya lingkungan belajar yang memperkaya perspektif global kita. Kita perlu membangun jaringan global, sambil tetap menomorsatukan relasi persaudaraan dengan umat akar rumput, regional dan nasional. Mgr. Maks memiliki kemampuan itu.

Mgr. Maximus Regus (Foto: Ist.)

Maksimus

Nama Uskup Maks rupanya diambil dari Santo Maksimus. Maksimus lahir di Haspin, dataran tinggi Golan tahun 579 M dan meninggal tahun 662 di Tsageri, Georgia. Dia rahib dan teolog Kristen. Dia seorang pengaku iman. Artinya rela menderita sengsara demi mempertahankan iman Kristen. Dia dihormati di gereja Ortodoks Timur dan gereja Katolik Roma.

Mgr. Maks Regus ditahbiskan menjadi uskup Keuskupan Labuan Bajo saat kondisi dunia kita sedang tidak baik-baik saja. Satu minggu sebelum tahbisan, Paus Fransiskus mengeluarkan ensikliknya: Dilexit Nos (Dia Telah Mengasihi Kita). Ensiklik ini muncul saat dunia diancam peperangan luas dan berbahaya, kesenjangan ekonomi, kerusakan lingkungan hidup dan dinamika kekuasaan yang menghancurkan.

Paus Fransiskus berharap agar dunia bisa mendapatkan kembali hal paling penting dan perlu yaitu: Hati. Paus berbicara tentang cinta manusiawi dan illahi dari Hati Yesus. Beliau menekankan pentingnya spiritualitas yang mampu menerangi jalan pembaharuan gerejawi bagi dunia yang nampaknya telah kehilangan hati nurani.

Saya mengenal Mgr. Maks sebagai pribadi cerdas, kritis dan humanis. Doa dan harapan seorang Eja-Ka’e, agar Mgr. Maks tetap berkarakter humanis: rendah hati, bijaksana, sadar akan keterbatasan, terbuka dan menerima siapapun sebagai saudara. Seorang Uskup yang humanis sangat dibutuhkan zaman ini. Terutama ketika berhadapan dengan sikap kritis terhadap pimpinan dan anggota gereja. Tetaplah menjadi bapak yang baik dan penuh pengertian. Bapak yang punya hati untuk membantu Yesus Sang Gembala Agung menyelamatkan dunia. Ut Salvatus Mundus Per Ipsum (Supaya dunia diselamatkan oleh-Nya).

Mgr. Maks terkasih. Dari Eiken AG negeri Alpen Swiss saya ucapkan profisiat atas tahbisanmu sebagai uskup perdana keuskupan Labuan Bajo. Semoga Tuhan dan semua orang Kudus menyertai kaya kegembalaanmu.

*) Penulis adalah Imam Projo Keuskupan Agung Ende. Misionaris Fidei Donum di Keuskupan Basel-Swiss. Kirchgasse 4, 5074 Eiken AG Swiss, Kamis Malam 31 Oktober 2024.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *