
Vladimir dan Estragon terus menunggu. Tapi Godot tak pernah tiba. Atau mungkin tak pernah hendak datang. Keduanya terus menanti, meski waktu terus berlalu, musim silih berganti datang dan pergi.
Dalam menunggu itu, keduanya mengisi dengan aneka debat dan kegiatan-kegiatan tak penting. Mereka, yang sejak awal tak pernah mengenal Godot, akhirnya mengira setiap hal yang muncul adalah Godot yang dinanti-nantikan itu.
Kisah di atas merupakan penggalan dari lakon “Menunggu Godot” karya Samuel Beckett. Menunggu Godot adalah naskah drama dua babak yang mulai ditulis pada 9 Oktober 1948 dan selesai pada tanggal 29 Januari 1949. Naskah yang paling awal dalam bahasa Perancis ini, pertama kali dipentaskan di Paris pada tanggal 5 Januari 1953, lalu kemudian menerima hadiah Nobel pada tahun 1969.
Dalam lakon tersebut, latar kisahnya di sebuah jalan dengan sebatang pohon, dari sejak memiliki dedaunan hingga meranggas, dan seterusnya. Seperti menunjukkan bahwa keberadaan mereka yang menunggu Godot itu telah berlangsung lama.
Dalam lakon itu, juga hadir Pozzo dan Lucky. Seorang tuan dan pelayannya yang setia melakukan apa saja. Di sela-sela itu, turut hadir pula seorang anak yang disebut Boy, yang selalu memberitakan tentang datangnya Godot. Jadilah total lima tokoh yang hadir di panggung. Sedangkan Godot, menjadi tokoh misterius yang terus diperbincangkan, tanpa pernah muncul rupanya.
Godot, hari-hari ini, bisa diasosiasikan dengan apa saja yang sedang hangat dibicarakan. Banyak orang menjadi seperti Vladimir dan Estragon, yang terus menghabiskan waktunya dengan berdebat dan berpolemik. Hidup dalam penantian akan datangnya perwujudan dari aneka harapan. Memasrahkan diri pada sesuatu hal atau sesosok tokoh yang tak pernah tiba pada mereka.
Sementara, di saat bersamaan, Pozzo melanggengkan hegemoninya atas kaum Lucky. Dan membiarkan si Boy, sang pemilik masa depan, terus bermimpi tentang Godot yang dinanti-nanti. Padahal, Godot, yang mungkin digadang-gadang sebagai sang pembaharu itu, tetap tak pernah datang menampakkan diri.
Pohon di tepi jalan yang tadinya meranggas, kini kembali dipenuhi dedaunan. Vladimir dan Estragon makin meninggi tensi debatnya. Akankah Godot yang terus diperdebatkan itu kelak datang?
Hancel Goru Dolu, 30 Desember 2017