Naf (Catatan Buat Ibu Pejabat NTT)

Spread the love
G. F. Didinong Say (Foto: Ist.)

Oleh: Drs. G. F. Didinong Say*

Komunitas Perempuan Manggarai Jabodebatek baru saja melaksanakan giat diskusi yang menampilkan Dr. Nafsiah Mboi sebagai keynote speaker, di Aula Yustinus, UAJ, Jakarta.

Acara berlangsung meriah dan pesannya sampai. Tarian enu-enu mahasiswi cantik mengawali acara. Lenggak-lenggok yang sangat mencuci mata.

Acara dipandu oleh Rikard Bagun secara piawai dan memikat. Presentasi pemapar yaitu: Dr. Nona Mboi (anak), Sipri Bate Soro (UNDP), Mrs. Karen (Mitra), dan Prof. Erry Seda, sungguh prima dan berkelas, based on data, kontekstual, mencerahkan. Audiens memahami Nafsiah Mboi secara lebih komprehensif. Acara kemarin itu bukan puja-puji sanjungan, omon-omon atau basa-basi, apalagi sekadar romantisme. Kesimpulan moderator menjadi butir-butir enlightenment yang sangat berharga bagi audiens.

Ben Mboi itu bukan beruntung mendapatkan Nafsiah Mboi. Tapi ia sangat beruntung! Ben Mboi dalam hidupnya bertemu Naf dan klik. Bukan saja sebagai belahan jiwa padanan sakramen, tetapi seorang mitra sejati, kolaborator dan suporter bukan kompetitor yang sangat handal. Simbiosis mutualisme nyaris sempurna. Naf sebagai isteri gubernur NTT atau pegiat public health tingkat dunia telah menampilkan prestasi dan kinerja yang kiranya sulit tertandingi untuk masa yang lama.

Beberapa mantan bawahan di Pemprov Kupang memberikan testimoni bahwa sebagian dari keberhasilan gubernur Ben Mboi terkait gagasan, kebijakan, program kerja, kegiatan pendukung, dll bisa efektif, itu semua tidak lepas dari peran pendampingan aktif isteri gubernur dengan cara yang unik dan berkualitas.

Anekdote

Melihat realitas ekonomi masyarakat NTT kala itu yang miskin, pendidikan sangat minim, etos kerja masyarakat rendah, Naf sebagai isteri gubernur, ketua PKK, dengan tepat mengambil peran supporting pada beberapa bidang tertentu.

Gerakan dukungan dan pengembangan kain tenun ikat NTT yang marak kini ternyata sudah dimulai oleh Naf jauh hari. Motifnya untuk mendukung ekonomi rumah tangga. Bukan cari untung pribadi. Promosi kain tenun gencar dilakukan Naf sampai ke tingkat nasional bahkan internasional. Semua pejabat NTT diwajibkan berpakaian tenun ikat.

Namun gerakan masif yang sesuai kapasitas Naf adalah dalam bidang peningkatan kesehatan wanita, ibu dan anak. Tak ada kata lelah bagi wanita ningrat Bugis ini untuk menerobos masuk setiap penjuru pelosok NTT selama 10 tahun untuk giat gender ini. Seperti ada keyakinan bahwa suami yang bersemangat, SDM yang unggul, rumah tangga yang sehat itu dimulai dari wanita, isteri, dan ibu yang sehat dan cerdas serta mandiri.

Maka tibalah rombongan gubernur Ben Mboi di dusun Nangaroro, Ngada, Flores. Operasi Nusa Hijau, Nusa Makmur, gerakan menanam komoditi menjadi prioritas unggulan. Lalu tibalah sesi bagi Naf untuk menjelaskan kepada ibu-ibu di dusun itu tentang pentingnya kesehatan ibu anak, khususnya dalam hal perawatan organ reproduksi.

Semua wanita muda dan ibu-ibu takzim mendengarkan sapaan awal dari Naf yang menawan, anggun, wangi, selalu tersenyum dan menatap langsung ke mata audiens dengan kecantikan khas yang terpancar dari dalam itu.

Baru pada pengantar awal, pembicaraan Naf dipotong seorang ibu agak tua dengan berani. Angkat tangan. Malu-malu hampir ketawa. Semua wanita lain di bawah tenda diam terhenyak.

“Maaf ibu dokter…sepertinya ibu dokter salah undang…” kata wanita Nangaroro itu.

“Loh tidak salah Ina…ini mau bicara khusus tentang kita wanita, tentang organ wanita…” kata Naf tetap tersenyum.

“Justru itu ibu dokter…kami semua wanita satu kampung Nangaroro ini tidak ada yang punya organ leee…di sini yang punya organ, cuma pastor paroki leee…”

Konon Ben Mboi yang sempat mau marah karena interupsi ibu tua itu pun terpingkal-pingkal tak karuan. Tak jadi main tempeleng.

Nepo

Naf tidak mengambil untung pribadi sebagai isteri gubernur. Sebaliknya, banyak pendapat bahwa Ben Mboi menerima Magsaysay itu, sebagiannya adalah supporting Naf.

Naf tidak ambil kesempatan jadi anggota DPR atau jabatan lain di NTT. Tetapi selamanya ia akan tercatat sebagai teladan bagi isteri pejabat di NTT. Naf juga tidak mendorong-dorong anak atau keluarga untuk berbisnis, mengistimewakan di pemerintahan NTT, bagi-bagi proyek kepada ordal atau bersikap arogan dan elitis di hadapan masyarakat.

Nona Mboi, anaknya justru sering kena bully teman-teman SD di Kupang sampai harus dipindahkan sekolah ke Jakarta.

Naf yang kemudian jadi menteri RI, itu karena prestasi dan kemampuannya yang handal dan diakui di tingkat dunia. Bukan karena lobi suami.

Nafsiah Mboy di Kampus UAJ, bersama nona-nona molas Manggarai, dalam balutan salah satu tenunan etnik Nusa Tenggara Timur (Foto: FB Hermans Hokeng)

Pesan

Kehadiran Naf di NTT itu seperti mukjizat bagi rakyat. Ada seorang wanita ningrat Makassar, dari keluarga berada, sebelumnya beriman muslim, dokter alumni UI, di zaman serba susah puluhan tahun lalu, mau datang berjibaku habis-habisan untuk rakyat NTT di masa itu.

Itu semua ternyata karena jiwa yang membara, cinta dan kepedulian yang mendalam kepada nasib rakyat. Siap mengabdi dan berkorban karena passion and care.

Terima kasih ibu Naf…

*) Diaspora NTT, tinggal di Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *