Nomor Pensiun

Spread the love
Muhammad Alkaf (Foto: Doc. Bung Alkaf)

Oleh: Muhammad Alkaf*

Menjelang Piala Dunia 2002, pihak Argentina mengajukan proposal kepada FIFA untuk memensiunkan nomor punggung sepuluh sebagai bentuk penghormatan mereka kepada Diego Maradona. Tanpa perlu menunggu lama, FIFA menolak proposal tersebut. Kalau pihak Argentina bersikeras, kata FIFA, Argentina hanya dapat membawa dua puluh satu pemain di Piala Dunia. Alhasil, nomor sepuluh tetap dikenakan oleh Ariel Ortega di Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang.

Sekarang, Presiden AFA, Claudio Fabian Tapia, mengusulkan kembali agar nomor sepuluh dipensiunkan setelah Lionel Messi mengakhiri karirnya di tim nasional. Alasan Tapia: demi penghormatan.

Lalu, apakah FIFA akan mengabulkan proposal kali kedua dari Argentina itu? Jika melihat hubungan harmonis FIFA dengan Lionel Messi, tidak tertutup kemungkinan permintaan itu dikabulkan. Dalam relasi dengan FIFA, Messi berkebalikan dengan Maradona. Sepanjang hidupnya, Maradona merupakan oposan federasi itu. Sedangkan Messi tidak pernah menunjukkan sikap berlawanan terhadap FIFA.

Katakanlah FIFA merestui permintaan itu, lalu nomor sepuluh pun berakhir dalam sejarah masa depan sepak bola Argentina, maka muncul pertanyaan baru: Apakah negara lain, dengan alasan yang sama seperti yang diutarakan oleh Tapia, memiliki hak untuk memensiunkan nomor punggung tim nasional sepak bola mereka. Kalaupun boleh — demi keadilan — berapa nomor punggung yang diizinkan untuk dipensiunkan?

Mari kita melakukan simulasi akan hal itu.

Dimulai dari Brazil, sebagai negara peraih lima trofi Piala Dunia. Kemungkinan besar, ada dua sampai tiga nomor punggung di Timnas Brasil yang juga harus dipensiunkan, di antaranya, nomor sepuluh, sembilan, dan sebelas. Nomor sepuluh tentulah tidak perlu dijelaskan panjang lebar. Nomor keramat itu dipunyai oleh Pele, Revelino, Zico, Rai Oliviera, Rivaldo, dan Ronaldinho. Nama-nama besar itu cukup menjadi alasan penghormatan dari CBF agar dipensiunkan. Begitu juga nomor sembilan yang sejak Piala Dunia 1998-2006 dikenakan oleh Ronaldo Nazario. Tidak ada yang meragukan penyerang ini kalau sudah bersama bola. Lalu, tidak ada salahnya, mempertimbangkan untuk memensiunkan nomor sebelas sebagai penghormatan kepada Romario.

Presiden AFA, Claudio Fabian Tapia (Foto: Ist.)

Selanjutnya, mari berpindah ke Jerman. Jerman, bersama Brazil, merupakan negara yang paling banyak mencapai final Piala Dunia. Negara ini juga mencatatkan diri sebagai tempat pesepakbola besar yang pernah lahir di atas muka bumi, yang atas nama penghormatan juga, perlu memensiunkan beberapa nomor punggung, salah satunya, nomor lima.

Nomor ini kepunyaan Franz Beckenbauer, pemain Jerman terbesar karena telah membawa tim nasional juara dunia, baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih. Selanjutnya, federasi sepak bola Jerman perlu membuat proposal untuk memensiunkan nomor punggung tiga belas kepunyaan Gerd Müller, demi menghormatinya karena pernah menjadi top skor sepanjang masa di turnamen Piala Dunia.

Setelah Jerman, kita berpindah ke Italia. Di Italia, ada banyak pemain hebat, terutama pada posisi bertahan. FIGC, federasi sepak bola Italia, dapat memilih untuk memensiunkan salah satu dari nomor ini: lima atau enam. Nomor lima pernah dikenakan oleh Paulo Maldini di Piala Dunia 1994 dan Fabio Cannavaro di Piala Dunia 2006. Sedangkan nomor enam, untuk menghormati Baresi dan Gentile, tidak salahnya nomor ini juga dipensiunkan. Lalu, yang sepertinya tidak perlu diperdebatkan, federasi sepak bola Italia menyetujui untuk memensiunkan nomor punggung sepuluh, karena ada nama Roberto Baggio, Totti, dan Del Piero.

Tidak perlu menunggu lama, FFF, KNVB, dan FPF memiliki hak yang sama untuk memensiunkan nomor punggung pemain yang mereka hormati. Di Perancis, mutlak memensiunkan nomor sepuluh untuk menghormati Zinedine Zidane dan Michel Platini. Di Belanda, sudah pasti nomor punggung empat belas tidak boleh lagi ada yang mengenakan demi mengingat jasa Johan Cruyff. Mungkin, perlu mempertimbangkan juga untuk memensiunkan nomor sembilan untuk mengenang kehebatan Marco Van Basten. Terakhir, Portugal sudah perlu mengistirahatkan nomor punggung tujuh ketika Cristiano Ronaldo pensiun dari sepak bola.

Begitulah nasib sepak bola jika ide Tapia — yang sebenarnya hendak populer — dikabulkan. Perlahan demi perlahan, sepak bola akan kehilangan nomor punggung yang telah menjadi bagian dari sejarah olahraga ini. Kehilangan sejarah artinya kehilangan masa lalu yang akan menuntun ke masa depan. Akibatnya, seperti yang sudah dirasa banyak orang, sepak bola akan semakin kehilangan gairahnya.

*) Penulis adalah penggemar bola, pecinta Diego Maradona dan Timnas Indonesia. Tinggal di Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *